Ini adalah kisahku yang tidak tau mulainya dari mana dan berakhir di mana??. Tanya ku pada diri sendri,
12 tahun lamanya aku meninggal gubuk tua, yang menjadi saksi ketika kedua orang terhebat ku melahirkan aku.
Dujuk(nama kampung halamanku)
Merupakan tempat pertama aku membuka mata, merangkak, hingga aku mulai berbicara.
Semenjak keputusan ketika melawati masa sekolah dasar aku diberangkatkan ke daerah lain untuk menuntut ilmu, mengenal dunia, hingga kerasnya kehidupan.
Sembari termenung untuk kehidupan selanjutnya, ku seruput kan kopi, dikursi tua kantin milik sekolah,
Aku sudah dewasa, sudah bisa menentukan, mana yang baik, mana yang buruk, bahkan pilihan menikah pun bisa ku tentukan. Seiring perjalanan waktu
Aku telah menginjak kaki pada halaman kampus, yang konon katanya melahirkan generasi yang bisa bekerja, bisa berpikir, dan bisa menghidupkan.
Dari perjalanan ini aku belajar mengenal kaum kaum hawa, dengan segala perubahan, ahhh??
Mungkin sepucuk surat tua yang terlampir di media mulai mengenal cinta.
Berkali kali ku hembuskan isapan surya, seprti kawan kawan seangkatan, berdiskusi, dikantin ramai.
Kami saling mengenal bahkan wanita sekalipun,
Semenjak andorid ada, chating pun membuat yang jauh semakin akrab. Yang dekat diam tertutup rapat,.
Ahhh dunia ku aneh,,,
Ku angkat kan gelas berisi kopi, kukecupkan bibirnya, biar tegukan terasa bahwa dunia sedang tidak baik baik, lebih nikmat dari kopi sasetan buatan mma kantin.
Untuk gadis dalam chating kita tidak bertemu rasa, hnya permainan jari yang dilantunkan dari media.