Senin, 13 Juli 2020

SEKUNTUM BUNGA DESA

Seperti hati ingin berbicara
Tentang penglihatan yang sekian terbayang,. 
Masi membekas dalam ingatan 
Sekalipun susah dilupakan 
Bunga desa yang dibesarkan 
Dalam kasih sayang, dalam penuh harapan, dalam cinta, 
Oleh dua pasang pendekar, 
Jari mereka kasar namun perasan merka halus, 
Menapaki pahitnya, sakitnya, merawat bunga desa. 
Ahhh adakah harapan jika kelak bunga desa di pindah kan ke kota. 
Yang harus tumbuh tanpa di perhatikan, dan dijaga lagi.. 
Katanya ingin meraih gelar mahkota dengan toga
Lalu... 
Sejenak terdengar kabar bunga desa sudah menjadi rumput liar, 
Yang kadang di cabut begitu saja oleh orang-orang berpangkat rupiah 
Hati terpukul, yang dulu di puja puja, 
Sekarang mnjadi layu bahkan redup dan lesu. 
Bunga desa, mimpikah aku ini? 
Dulu disanjung karna keelokan dan kesucian, kini terlantar bersama rumput liar. 
Masihkah membekas ingatan? Atau lupa pada pendekar berbahu baja, dengan hati selembut sutra, yang membesarkan tanpa di upah? 
Dimana kenangan mu dulu? 


2 komentar:

dalam kenangan

Nak.... Lembaran baru dimulai lagi Seribu pengalaman terlewati Bagi di sayat sembilu dan di tikam belati Kadang suka dan duka di...