Kamis, 17 Juni 2021

dalam kenangan

Nak.... Lembaran baru dimulai lagi
Seribu pengalaman terlewati
Bagi di sayat sembilu dan di tikam belati
Kadang suka dan duka di alami
Dan jatuh hancur hingga tak mampu berdikari lagi.. 

Ahhh, Tuhanku 
Inikah petualangan yang tak bisa diulang 
Ketika seorang datang lalu mengangkat ku ingin terbang. 
Seketika tubuhku yang remuk kembli pulih. 
Dari dia aku bangkit lagi. 

Namun takdir berkata lain. 
Dari bibir manis yang terucap dan pernah di kecup dari orang lain. 
Seribu janji berujar bagai buah pada musimnya. Yang tak pernah ku ketahui bahawa kehormatan terlah direnggut atas nama cinta, ketika raga dibaluti busana mewah tapi berlabel dosa. Ahhh 
Inikah malaikat berupa iblis atau kah ujian berupa lisan. Tuhan ingin ku berlari lagi kembli untuk berhenti, sebab dia yang petik mawarnya lalu melemparkan pada kawanan domba yang tidak searah dengan mawar. Ahh dosa terberat ku adalah merawat luka yang pulih namun pergi lagi. 

Kamis, 28 Januari 2021

MARIA DALAM DIA

Maria dalam Dia



Detak jarum dinding
Seiring irama hujan di atas genting
Memecahkan lamuan ditengah bising 
Seorang diri menghening
Dalam kamar yang ber poster di dinding 

Ribuan tarikan nafas terhempas 
Sembari mata memelas 
Lewat potret di media kas
Menatap wajah dalam file galeri berkas
Sebab jarak terbentang untuk kulepas
Hanya kerinduan dalam dalam doa dari suara khas. 



Ingin ku belari untuk kembali 
Dan mulai berbicara empat mata lagi
Tentang nama, tentang hati dan nurani
Ahh Maria kamu adalah rangkaian ilusi 
Yang harus ku berimajinasi 
Agar langkah semua menjadi realiti
Dan nanti di altar suci 
Ku lantangkan kata Marai Vianney. 
Disanksi ribuan mata dalam satu kepercayaan ilahi. 
#Deruk_hari_itu_nanti.πŸ™

Senin, 23 November 2020

wanita terakhir dari pelukan orang lain.


Cintai aku karena atas dasar rasa menuju surga Yang Maha Esa, bukan nafsu belaka. Sebab, tubuhku sudah banyak yang menjamah. Badanku berulang kali dilukai. Jika, kamu tiba hanya karena kasihan, maka jangan bertahan di rumah cintaku. Aku butuh keseriusan, bukan perhatian belaka tanpa ada kepastian. Aku ingin cinta yang tulus datang menyirami bunga kebahagiaan, bukan perasaan sinis melulu.


Di bawah langit sejarah, aku masih duduk di teras rumah. Menanti keajaiban dan kejutan sebagai hadiah di bulan ganjil tahun genap. Kamu yang kutunggu terlalu lama datang. Walau kadang hati meradang. Jiwa berontak dengan dengungan juang. Aku belum berpindah tempat, sebelum kamu tiba. Aku tak akan beralih ke lain hati, jika rasamu-rasaku masih kita jaga sampai hari ini.

Izinkan aku mengukir namamu sebelum malam berakhir. Esok sujud terakhir akan kuselipkan doa-doa. Kuharap, kamu masih percaya padaku. Namun, saat kamu tiba di halaman rumah hatiku, ada penampakan yang luar biasa. Aku menanti kejutan, tapi
hadiah perih yang didapatkan.

"Untuk apa kamu menunggu saya di rumah cintamu. Sedangkan saya adalah orang ke sekian yang menjamah tubuhmu."

Belum sempat aku persilakan kamu duduk manis di sampingku, tamparan keras pertama sudah kamu layangkan. Belum sempat aku menjawab, kamu malah menyuguhkan kalimat yang paling menyayat hati. "Tak perlu kamu berharap saya tetap berada di sampingmu. Karena kesucianmu telah direnggut oleh orang lain. Oleh deretan lelaki biadab yang tak kutahu nama-nama mereka."

Sudah banyak aku temukan kebiadaban para lelaki. Datang dengan cinta, tapi pergi tanpa ada kata. Manis dan perhatian pada awal perkenalan, tapi menyembunyikan kepentingan berselubung. Bertahan karena rasa, namun yang diterapkan adalah nafsu belaka. Aku yang sudah tak mengontrolkan diri, harus melakukan pembelaan. Walau aku terlahir dari darah pelacur, tapi kebebasan dan pendapatku tak ingin dipenjara.

"Jika, keperawanan adalah sebuah tolak ukur untuk menilai kehormatan seorang wanita, maka kesucian lelaki lebih dahulu direnggut saat pertama kali mimpi basah. Kesucian bukan terletak di selangkangan. Kehormatan bukan di tempel pada buah dada. Pada jenggot dan batang mulia yang selalu berdiri itu."

Aku memilih jeda untuk menanggapi perkataanmu, memperbaiki posisi duduk. Sedangkan kamu masih berdiri di bawah pohon jambu batu. Kamu dan aku terlihat asing. Padahal, kita sudah "baku tahu badan" antara satu sama lain. Kamu adalah tamu sekaligus kekasihku, tapi sikap dan tutur bahasamu sudah kelewatan, aku sebagai tuan rumah berhak mengeluarkan pendapat. Aku sudah pertimbangkan matang-matang.

"Lantas kenapa kamu tak jijik meniduriku secara gratis! Ah, payah lelaki biadab semacam kamu. Hanya karena selangkanganku sudah tak sempit, kamu malah memaki aku dengan bahasa yang sulit untuk aku lupakan. Kamu tak jauh beda dengan paman, ayah, polisi, politisi tentara, jaksa, mahasiswa, preman dan yang lainnya. Mereka pernah membayar tubuhku demi memuaskan nafsu binal di ranjang. Nyatanya, baru satu goyangan, sudah loyoh. Bicara tentang revolusi di mana bumi dipijaki, tapi lemah juga dengan godaan wanita. Dengang goyangan kenikmatan. Tak pernah puas dengan urusan ranjang."

Pancingan bahasaku mampu membuatmu malu. Mami Anu keluar dari arah pintu rumah yang berhadapan dengan kamar kontrakanku. Ia adalah orang yang merawat aku sejak dari kecil. Saat ibuku tega membuang aku di tempat sampah. Sampai hari ini, aku belum tahu siapa ayahku sebenarnya.

"Rose, ajak tamumu masuk. Tidak enak lelaki dibiarkan berdiri."

"Iya Mami. Terima kasih."

Mami Salsa masuk kembali. Kamu mulai memasang wajah jengkel. Aku tak lagi emosi. Sikap lelaki seperti ini sudah berulang kali aku dapatkan. Kebanyakan lelaki datang menikmati tubuhku. Iya, harus aku akui dalam diriku mengalir "darah pelacur" sejak lahir. Karena aku lahir di luar nikah. Dibuang oleh ibu kandung sendiri.

"Saya harus pulang Rose. Jangan kamu menaruh dendam padaku. Maaf saya datang menanam bibit kecewa. Menidurimu berulang kali tanpa ada bayaran. Hanya keterpaksaan. Saya hanya mengisi kekosongan hati."

**

Penjelasan Mami Anu, bahwa aku dipungut di tempat sampah. Di bawah pohon pisang. Banyak pohon kapuk juga di daerah yang tidak terlalu kuhafal namanya itu. Mami Anu yang dulu seorang pelacur, kini sudah tak bekerja di tempat maksiat itu. Ia menikah dengan seorang pengusaha yang cukup disegani di daerah ini.

Nama "Rose" diberikan oleh Mami Anu sendiri. Belakangan, ibuku sering datang ke rumah kontrakanku. Saat aku masih SD. Ia selalu datang dengan lelaki berbeda-beda. Dari bola mata dan hidung ibu, ia begitu mirip denganku.

Sejak dari TK-SD, Mami Anu merawatku dengan kasih sayang yang tak ada duanya. Ia seperti ibu kandungku sendiri. Dan, dari Mami Anu, aku tahu "ibuku seorang pelacur. Dan, kini menjalani profesi sebagai seorang germo. Ia selalu mendatangi wanita-wanita cantik dari pelbagai daerah. Dari yang bodinya paling bahenol dan tubuhnya pas-pasan. Mereka semua di bawah kendali ibuku.

"Kelak, Rose akan saya asuh. Ia adalah aset berharga. Kecantikannya akan jadi primadona di tempat plesiranku."

Kata-kata itu selalu terngiang di dalam alam ingatanku. Ibuku ingin menjual tubuhku. Mengikuti jejaknya dengan pekerjaan terkutuk itu. Namun, aku masih bersikeras untuk mengikuti arahannya Mami Anu. "Tuhan tak membedakan manusia hanya dari profesi belaka, Ros. Kamu masih muda. Sudah waktunya kamu menentukan pilahan hidupmu sendiri. Kamu mesti berjalan ke depan. Bekerja boleh, asal jangan jual diri. Ikut kemauan orang boleh-boleh saja, yang penting kemerdekaan dirimu tak boleh diinjak-injak."

Dari suaminya Mami Anu, aku memperoleh banyak ilmu agama sebagai bekal hidup. Tubuhku pernah dijamah, tapi dengan bayaran mahal. Semua orang yang meniduriku, wajib membayar sesuai harga yang aku patok. Aku tak sembarang ditiduri lelaki. Setidaknya, mereka harus bersih dan punya gaya goyangan yang tak kaku. Tahan lama dan sama-sama memperoleh kenikmatan.

Setiap lelaki hidung belang menikmati tubuhku, tak pernah aku temukan kenikmatan. Belakangan bertemu dengan Al, aku merasakannya. Aku menaruh kagum dan jatuh hati kepadanya. Karena setiap olahraga ranjang, ia tak pernah bertanya "apakah aku merasakan kenikmatan dari setiap goyangan?"

Al tak pernah kasar terhadapku. Seumur hidup, aku baru jatuh cinta dengan lelaki. Ia adalah Al. Lelaki yang terkenal kaya ini selalu bersikap baik terhadap sesama. Ia berjanji akan menikahiku. Kabar ini sampai didengar oleh Mami Anu dan suaminya. Kedua orang yang sudah aku anggap ibu dan ayahku itu pun merestui.

Hanya suaminya Mami Anu pernah berpesan, saat Al sering datang ke rumah kontrakan dengan mobil mewahnya itu. "Rose, jangan terlalu percaya dengan omongan orang. Apalagi, lelaki hidung belang. Setiap perkataan wajib disaring. Jangan ditelan mentah-mentah!"

**

Aku dengan Al bertemu saat belanja di pasar tradisional. Saat itu, dompetku dirampok oleh beberapa orang bertato. Berbadan tegak. Al hadir sebagai dewa penyelamat. Mendekati hati sang dewi yang sedang butuh bantuan.

"Kamu tidak apa-apa." Tanya Al dengan napas terengah-engah.

"Iya, terima kasih sudah membantu."

"Terima kasihlah dengan Tuhan-mu. Saya hadir hanya perantara."

Al mengantarku sampai ke rumah kontrakan. Rumah yang aku tinggali adalah miliknya Mami Anu. Setelah ia pensiun dari pekerjaan terkutuk itu, ia membuka beberapa rumah kontrakan. Setiap rumah kontrakan, selalu dipasang CCTV. Hanya di kamar yang aku tinggal tidak dipasang.

Sudah lima tahun Mami Anu menikah, tapi belum dikarunia anak. Aku sudah dianggap sebagai anak kandung mereka. Entah, faktor apa sebagai penyebab, aku pun kurang tahu. Yang terpenting, aku bisa membuat Mami Anu dan suaminya tetap tersenyum. Membantu mereka tanpa banyak berharap. Mengikuti arahan mereka tanpa banyak protes.

Semenjak dari situ, Al sering mengajak aku jalan-jalan. Hubunganku dengan Al sudah banyak yang tahu. Hingga, ibuku menyewa beberapa orang preman bayaran untuk mencelakai Al. Tapi, tetap saja gagal. Al yang terkenal jago bela diri ini tak pernah takut. Yang ia takut hanya dengan Tuhan. Ia akan melakukan tindakan kontak fisik dengan lawannya, kecuali mereka terlebih dahulu memancing atau memulai.

Profesiku sebagai seorang pelacur, perlahan-lahan kutinggali. Tubuhku hanya dilacuri oleh Al. Sedangkan, keperawananku dihancurkan oleh pacarku dulu yang datang dengan jutaan janji. Saat itu, ia sengaja bertamu di rumah kontrakanku. Tak ada Mami Anu dan suaminya. Hanya aku sendiri. Ia membiusku. Setelah sadar, ada bercak darah yang mengalir dari daerah kewanitaanku. Tubuhku tanpa dibaluti pakaian. Aku telanjang bulat di ranjang mewah yang wanginya bukan main.
#noname


Senin, 02 November 2020

Dia Misterius dalam Misteri

Lama aku menanti detik sang waktu
Ingin bertemu dan jumpa raga 
Yang terpisah karena jarak 
Ingin berlari menembus mimpi 
Melawan gelora rasa yang mengalir dalam nadi. 
Masihkah akan ada harapan, 
Ketika perasaan mengalir dalam rasa, 
Melewati relung-relung hati 
Menapaki langkah tanpa di temani, 
Hanya bersua lewat suara , 
Bertemu dalam media terbaca, 
Sedalam ini kah perasaan! 
Bak sang ratu dalam kerjaan
Punya gelar terhormat dan di segani 
Kapan akan ada di sampingmu
Lalu bercerita, sampai satu diantara kita 
tertidur bersandarkan bahu,dan hati mulia. 
Hanya lewat irama doa tak bersajak
Lewat puisi yatim tak bertepi 
Kuucapakan rasa syukur yang mendalam 
Sebab raga juga punya hasrat, 
Ketika kelak janji suci terucapi 
Dalam nama Dia yang adalah kekal
Di saksikan ribuan mata yang dirangkul dalam satu kepercayaan πŸ™
Semoga kita adalah mimpi yang terwujud 
#kupangawalnovemeber20

Senin, 26 Oktober 2020

catatan akhir September

Dulu kita pernah sedekat nadi
Sebelum sekarang jauh seperti matahari 
Detak perasaan mengalir dalam sendi
Sekarang hilang ditelan pergi
Belum sempat menepati janji 
Yang diucapkan sedari hati
Katanya harus sampai ke jenjang tinggi
Ternyata; engkau lebih memilih
Yang lebih berisi, dan bermateri
Datang dengan 1000 janji 
Dan engkau jatuh dalam pelukan laki-laki
Yang belum lama kau kenali, 
  Senyum sapa sudah kau akhiri
  Hanya nostalgia dalam memori otak kiri 
  Mengingat kembali jejak kaki, 
  Yang pernah kita tapaki
  Bersama ; yang ingin merajut mimpi
Setelah sekian waktu engkau pergi
Kini kembali dengan air mata berderai
Katanya laki-laki itu hanya semu mimpi
1000 janjinya tidak ditepati
Dengan harapan ingin merajut kembali 
Benang yang belum sempat menjadi kain 
Dengan lantang aku berbicara 
"Maaf aku naksir wanita, bukan betina "

Sabtu, 26 September 2020

pemimpi (pimpinan)

Hay
Para pemimpin kami
Bagaimana kabar mu
Apakah engkau baik-baik saja
Atau sedang kurang baik..

Kami di sini selalu memikirkanmu
Memikirkan belahan kasih dan sayang mu di kala itu..

Jika tuan-tuan kami sakit
Kabari ya 
Kami siap ngutang di warung-warung demi mengobati
 Luka serta sakit yang tuan emban..

Berdoa sambil bercucuran air mata
Lekas kau sembuh secepatnya
Kan kasian kalau tuan tidak bekerja
Nanti tak bisa kau hidupi keluarga.. 

Met bobo tuan-tuan kami
Moga tidur mu nyenyak
Jangan lupa sebelum tidur
Cuci kaki dan berdoa..

Eee jangan berdoa 
Nanti keingat dosa lo
Cukup kami aja yang mendoakan mu
Kan kasian kalau tuan bergadang..

Nanti telat datang ke kantor
Dan atau ketiduran di kantor
Kalau ketiduran di kantor
Tuan tak bisa pegang palu πŸ”¨πŸ”¨

Anggaran yang jadi sasaran
Kalau anggaran tidak keluar
Lantas apa kau menghidupi kami
Ucapan, janji dan atau senyuman
Yang tuan berikan...

Kan tidak mungkin
Cukup kami saja yang bergadang
Sambil menjagamu 
Jangan sampai tuan di gigit nyamuk

Nanti tuan kena demam berdarah
Rakyat mu rela demam berdarah
Asalkan tuan jangan..

Tidur ya
Kasian kalau besok kursi mu
Tidak di isi
Nanti jadi ocehan publik
Apa tuan tidak malu..

Eee aku lupa
Kalau tuan ada abat vaksin pencegah rasa malu 
Yang tiap harinya tuan sisipkan
Di kantung jas...

Tidak usa bekerja 
Bekerja itu capek tuan
Cukup tuan duduk saja
Sambil menunggu gaji bulanan tiba..

Rakyat mu 
Siap bekerja membanting tulang
Tak pandang panasnya matahari
Dinginya hujan..

Mereka rela 
Mengorbankan semuanya
Hanya memastikan bahwa 
Tuan baik-baik saja...

Betapa sayangnya rakyat 
Terhadap mu
Betapa mulianya rakyat mengorbankan semuanya 
Kan enak tuan hanya duduk
Sambil jari menunjuk lalu memerintah...

Karna tuan jaga tanganya
Nanti lecet dan tergoresπŸ˜€
Jangan sampai tidak 
Bisa pegang pulpen untuk 
Menulis.


RONALD VIRGO

Senin, 31 Agustus 2020

AKHIR AGUSTUS 20

lama menunggu detak sang waktu 
Menuju angka satu semalam itu,, 
Pertanda Agustus telah berlalu 
Selangit harapan yang di gantung 
Telah kuperjuangkan dalam segala keterbatasan. 
Ketika debu debu jalanan, mnjadi akrab 
Ditelapak kaki bertubuh kecil. 
Kelam bercampur bahagia, menuju singgah sana kemulian, 
Ketika nama dan makian, setitik  pun tak pernah lepas, 
Terngiang di telinga bertambah panas, 
Sudahlah, dik kita bahagia kok. 

dalam kenangan

Nak.... Lembaran baru dimulai lagi Seribu pengalaman terlewati Bagi di sayat sembilu dan di tikam belati Kadang suka dan duka di...